Salah Pandang Terhadap Agama Bisa Melahirkan Kemiskinan

Muhammadiyah

IMEDIACYBER | Musuh terbesar bangsa Indonesia saat ini ada dua yaitu kemiskinan dan kebodohan, oleh karena itu sila kelima Pancasila “Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia” jangan dianaktirikan atau yatim piatu.

Agama sebagai pandangan hidup bisa berperan dalam dua sisi, yaitu dapat mendorong manusia pada kesejahteraan dan dapat pula menjadikan seorang berada dan bertahan pada kemiskinan. Oleh karena itu, cara pandangan keagamaan harus diarahkan supaya benar.

Demikian tegas disampaikan oleh Sekretaris Lembaga Dakwah Khusus (LDK) Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Faozan Amar di acara Gerakan Subuh Mengaji (GSM) yang diadakan oleh ‘Aisyiyah Jawa Barat, Jumat (9/9/2022) melalui media daring.

Faozan meneruskan, bahwa mewujudkan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa merupakan salah satu tujuan Indonesia merdeka. Terkait ini dirinya meminta semua pihak untuk merefleksikannya, apakah sudah terealisasi atau belum.

Dalam beberapa pandangan, kemiskinan bisa terjadi karena struktural dan kultural. Di mana struktur yang terlalu kencang mengangkangi sumber-sumber kekayaan di Indonesia, sehingga sumber daya alam yang seharusnya dirasakan seluruh rakyat Indonesia, tidak terealisasi.

Sementara kemiskinan secara kultural disebabkan adanya mentalitas dan kesadaran yang dimiliki oleh segenap bangsa Indonesia. Termasuk kemiskinan bisa terjadi karena disebabkan oleh cara pandangan keagamaan yang keliru.

“Kemiskinan dapat lahir dari rahim pandangan religious yang keliru. Seperti pandangan tentang takdir Tuhan. Tuhan diyakini telah mentakdirkan kemiskinan bagi seseorang, takdir tersebut tidak dapat diubah,” ungkap Faozan.

Menurutnya, dalam konteks ini peran terhadap kemiskinan dan kebodohan bukan hanya diusung pada medan pergulatan sosial-politik dan ekonomi saja, tetapi juga pada medan mentalitas dan kesadaran yang tertanam pada setiap individu.

Dalam pandangan Muhammadiyah, imbuh Faozan, Islam itu pro si miskin tapi anti terhadap kemiskinan. Berkaca dari Rukun Islam, maka seorang mukmin memang diperbolehkan untuk menjadi kaya harta, tapi kaya yang maslahat.

Dalam kapasitasnya sebagai Sekretaris LDK PP Muhammadiyah, Faozan memaparkan fakta bahwa tidak sedikit aqidah seorang mukmin digadaikan dengan satu kardus mie instan, karena memang dia miskin dan butuh makan. Oleh karena itu, dirinya mendorong supaya mukim itu kaya.

Mengutip ucapan Ali bin Abi Thalib, bahwa kemiskinan itu membawa orang kepada kekufuran. Dalam keadaan terdesak ekonomi, seorang yang awalnya baik bisa berubah menjadi perampok, pencopet, dan tindakan-tindakan kriminal lain.

[Muhammadiyah/ary]

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *